Senin, 24 Juni 2013

Self-Directed Learning


Self-Directed Learning

What is Self-Directed Learning?

Self-directed learning is not a new concept. In fact, much has been written about it. Unfortunately, however, it is a notion that has a variety of interpretations and applications in the corporate training arena. Typical, narrow interpretations involve simply giving learners some sort of choice in their learning. For example, allowing learners to select one or more courses from a curriculum, or, in cases of structured on-the-job training, allowing employees to choose what pre-designed modules (e.g., a video tape, workbook, special reading, etc.) to complete. In terms of e-learning, the fact that learners can determine which modules or scenarios to review is also frequently touted as self-directed learning.The fact that the learner has a choice and makes a decision to select this or that module does not constitute true self-directed learning.

This interpretation is too limited. Self-directed learning is much more. Using the analogy of taking a trip, the narrow interpretation of SDL is equivalent to selecting where to go, i.e., the destination. The essence of the notion of self-directed learning advocated here, however, is broader, more fundamental. It is about the learner deciding not just where to take a trip but how they will go (both the means of transportation as well as route), when they will leave, how they will get there and how long they will stay.

Essentially, the notion of SDL advocated here reflects Malcolm Knowles definition of SDL:
“In its broadest meaning, ’self-directed learning’ describes a process by which individuals take the initiative, with our without the assistance of others, in diagnosing their learning needs, formulating learning goals, identify human and material resources for learning, choosing and implement appropriate learning strategies, and evaluating learning outcomes.” (Knowles, 1975, p. 18)
Of primary concern in this definition of SDL is the fact the learner takes 1) the initiative to pursue a learning experience, and 2) the responsibility for completing their learning. Once the initiative is taken, the learner assumes complete responsibility and accountability for defining the learning experience and following it through to its conclusion. This does not preclude input from others, but the final decision is the learner’s. Self-direction does not mean the learner learns alone or in isolation. While, that may be the case in any given learning situation, the critical factor here, again, is the fact the learner is driving the total learning experience, beginning with recognizing a need to learn.



Direct Method


Pengertian Direct Method ( Metode Langsung) atau pemahaman dari Direct Method yaitu berasal dari kata Direct yang artinya langsung. Direct method atau model langsung yaitu suatu cara mengajikan materi pelajaran bahasa asing di mana guru langsung menggunakan bahasa asing tersebut sebagai bahasa pengantar, dan tanpa menggunakan bahasa anak didik sedikit pun dalam mengajar. Jika ada suatu kata-kata yang sulit dimengerti oleh anak didik, maka guru dapat mengartikan dengan menggunakan alat peraga, mendemontstrasikan, menggambarkan dan lain-lain.

Metode ini berpijak dari pemahaman bahwa pengajaran bahasa asing tidak sama halnya dengan mengajar ilmu pasti alam. Jika mengajar ilmu pasti, siswa dituntut agar dapat menghafal rumus-rumus tertentu, berpikir, dan mengingat, maka dalam pengajaran bahasa, siswa/anak didik dilatih praktek langsunng mengucapkan kata-kata atau kalimat-kalimat tertentu. Sekalipun kata-kata atau kalimat tersebut mula-mula masih asing dan tidak dipahami anak didik, namun sedikit demi sedikit kata-kata dan kalimat itu akan dapat diucapkan dan dapat pula mengartikannya.

Demikian halnya kalau kita perhatikan seorang ibu mengajarkan basah kepada anak-anaknya langsung dengan mengajarinya, menuntunnya mengucapkan kata per kata, kalimat per kalimat dan anaknya menurutinya meskipun masih terihat lucu. Misalnya ibunya mengajar “Ayah” maka anak tersebut menyebut “Aah” dan seterusnya. Namun lama kelamaan si anak mengenali kata-kata itu dan akhirnya ia mengerti pula maksudnya
Pada prinsipnya metode langsung (direct method) ini sangat utama dalam mengajar bahasa asing, karena melalui metode ini siswa dapat langsung melatih kemahiran lidah tanpa menggunakan bahasa ibu (bahasa lingkungannya). Meskipun pada mulanya terlihat sulit anak didik untuk menuirukannya, tapi adalah menarik bagi anak didik.
Ciri-ciri metode ini adalah :
  1. Materi pelajaran pertama-tama diberikan kata demi kata, kemudian struktur kalimat
  2. Gramatika diajarkan hanya bersifat sambil lalu, dan siswa tidak dituntut menghafal rumus-rumus gramatika, tapi yang utam adalah siswa mampu mengucapkan bahasa secara baik
  3. Dalam proses pengajaran senantiasa menggunakan alat bantu (alat peraga) baik berupa alat peraga langsung, tidak langsung (bnda tiruan) maupun peragaan melalui simbol-simbol atau gerakan-gerakan tertentu
  4. Setelah masuk kelas, siswa atau anak didik benar-benar dikondisikan untuk menerima dan bercakap-cakap dalam bahasa asing, dan dilarang menggunakan bahasa lain.
Kebaikan metode langsung (Direct)
Metode langsung (direct) dilihat dari segi efektivitasnya memiliki keunggulan antara lain :
  1. Siswa termotivasi untuk dapat menyebutkan dan mengerti kata-kata kalimat dalam bahasa asing yang diajarkan oleh gurunya, apalagi guru menggunakan alat peraga dan macam-macam media yang menyenangkan
  2. Karena metode ini biasanya guru mula-mula mengajarkan kata-kata dan kalimat-kalimat sederhana yang dapat dimengerti dan diketahui oleh siswa dalam bahasa sehari-hari misalnya (pena, pensil, bangku, meja, dan lain-lain), maka siswa dapat dengan mudah menangkap simbol-simbol bahasa asing yang diajarkan oleh gurunya.
  3. Metode ini relatif banyak menggunakan berbagai macam alat peraga : apakah video, film, radio kaset, tape recorder, dan berbagaimedia/alat peraga yang dibuat sendiri, maka metode ini menarik minat siswa, karena sudah merasa senang/tertarik, maka pelajaran terasa tidak sulit
  4. Siswa memperoleh pengalaman langsung danpraktis, sekalipun mula-mula kalimat yang diucapkan itu belum dimengerti dan dipahami sepenuhnya
  5. Alat ucap / lidah siswa/anak didik menjadi terlatih dan jika menerima ucapan-ucapan yang semula sering terdengar dan terucapkan
Kekurangan-kekurangan metode langsung (Direct)
  1. Pengajaran dapat menjadi pasif, jika guru tidakdapat memotivasi siswa, bahkan mungkin sekali siswa merasa jenuh dan merasa dfongkol karena kata-kata dan kalimat yang dituturkan gurunya itu tidak pernah dapat dimengerti, karena memang guru hanya menggunakan bahasa asing tanpa diterjemahkan ke dalam bahasa anak.
  2. Pada tingkat-tingkat permulaan kelihatannya metode ini terasa sulit diterapkan, karena siswa belum memiliki bahan (perbendaharaan kata) yang sudah dimengerti
  3. Meskipun pada dasarnya metode ini guru tidak boleh menggunakan bahasa sehari-hari dalam menyampaikan bahan pelajaran bahasa asing tapi pada kenyataannya tidak selalu konsisten demikian, guru terpaksa misalnya menterjemahkan kata-kata sulit bahasa asing itu ke dalam bahasa anak didik.
Metode ini sebenarnya tepat sekali digunakan pada tingkat permulaan maupun atas karena si siswa merasa telah memiliki bahan untuk bercakap/cercicara dan tentu saja agar siswa betul-betul merasa tertantang untuk bercakap/berkomunikasi; maka sanksi-sanksi dapat ditetapkan bagi mereka yang menggunakan bahasa sehari-hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar